Memoar: Dialektika
Ruang Dialog Generasi Melihat
Generasi masa kini kerap disebut pragmatis, kurang peduli atau nir kritis. Faktanya, generasi ‘masa lalu’ sejatinya juga pernah ‘mengenyam’ hal-hal sinis tadi.
Pandangan di atas anggap saja sebagai bagian dari banyak sisi anak manusia. Semua, layak untuk menolak dan membuktikannya dengan banyak cara.
Kita percaya, akan selalu ada bagian dari generasi yang terus tumbuh dengan kepercayaan diri dan motivasi tinggi. Seperti kepercayaan kami kepada sepuluh penerima program portfolio review yang tengah berdialog dengan subyek-subyek fotonya.
Melalui metode kajian foto bersama sejumlah mentor berbasis dokumenter-jurnalistik, Fahreza Ahmad dari Aceh, Khairun Nisa dari Medan, Syamsudin Ilyas dari Jakarta, Muhammad Fauzan dari Tangerang, Fakhri Fadlurrohman dari Bandung, Chandra Firmansyah dari Salatiga, Abdullah Rifai dari Surabaya, Alfian Romli dari Lombok, Aziziah Diah Aprilya dari Makassar, dan Andreas Wahjoe dari Papua menawarkan sejumlah gagasan foto ceritanya.
Program portfolio review dalam rangkaian Solo Photo Festival 2021 ini lantas menjadi semacam ruang dialog personal bagi keberlangsungan karya mereka secara utuh. Tentu saja, pergulatan dialog lintas kota secara daring memiliki sejumlah kelemahan teknis.
Namun hidup harus terus berlanjut, suka tidak suka metode ini menjadi saluran penting bagi keberlanjutan kekayaan literasi cerita visual ‘generasi melihat’ di tengah kendala global umat manusia.
Kita berharap dunia kembali pulih. Di tengah itu, upaya-upaya membangun generasi terdidik secara visual kiranya tak boleh berhenti.
Surabaya, Oktober 2021
Mamuk Ismuntoro
Kurator-Editor Melihat Bersama
Tentang Portfolio Review Memoar: Dialektika
Portfolio Review yang dilakukan ini merupakan bentuk dukungan yang diberikan kepada Solo Photo Festival 2021.
Dalam Portfolio Review sebanyak 10 fotografer dari berbagai daerah di Indonesia berkesempatan membagikan konsep bekerja dalam membuat cerita.
Dalam 3 kali pertemuan umum secara daring dan puluhan diskusi yang dilakukan secara pribadi, fotografer yang terlibat diajak untuk memikirkan kembali fungsi dan tujuan karya mereka.